JAKARTA – Dugaan kejanggalan pembangunan Terminal LPG Refrigerated Jawa Timur Tahap 2 kian merebak. Gelagat adanya keanehan pada kerjasama operasi (KSO) pelaksana proyek, tercium tatkala manajemen PT Pertamina Energy Terminal (PET) terkesan saling buang badan ketika dimintai keterangan terkait pelaksanaan proyek oleh Konsorsium (KSO) PT Wijaya Karya (Persero) Tbk ( Wika) dengan PT Jepang Gas Corporation (JGC) Indonesia itu.
Untuk menghindari kerugian negara di Pertamina, disarankan Kejaksaan Agung bersama BPK-RI atau BPKP mendalami informasi ini.
Demikian diungkapkan Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI), Yusri Usman, Selasa (30/1/2024) di Jakarta.
“Kami telah melayangkan surat konfirmasi terkait beberapa dugaan kejanggalan pelaksanaan proyek itu. Direktur PET, Bayu Prostiyono mengatakan pada kami di hari Jumat tanggal 26 Januari 2024 bahwa konfirmasi CERI akan akan dijawab oleh Corsec PET bernama Vero. Namun faktanya tidak ada respon hingga saat ini,” ungkap Yusri.
Sementara itu, lanjut Yusri, Direktur EPC WIKA Harum Zuhdi, tidak membantah indikasi kejanggalan yang disampaikan CERI. Ia hanya menjawab, Wika proven dan JGC proven.
“Padahal, menurut informasi yang kami peroleh dari sumber yang pernah bertemu dengan Direksi JGC, mengatakan sejak e-auction, negosiasi harga pada Januari 2023, JGC sudah tidak ikut terlibat lagi dalam kontrak akibat PT Wika dalam negosiasi dengan Pertamina Energi Terminal tidak melibatkan JGC, lantaran Wika banting harga sekitar Rp 500 Miliar, mungkin saja pertimbangan Wika yang lagi kesulitan cash flow, kebelet harus dapat proyek di tahun 2023 untuk menjaga performanya, sumber info kami mengatakan JGC keberatan atas harga yang ditawarkan oleh PT Wika, sehingga mereka lebih memilih mundur dalam proyek Terminal LPG Tuban,” beber Yusri.
Lebih lanjut, Yusri membeberkan, pada tanggal 29 Desember 2022 silam, CERI telah bersurat terkait proses tender pembangunan terminal LPG Refrigerated Jawa Timur Tahap 2 yang diikuti oleh Kerja Sama Operasi (KSO) PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk dengan PT Inti Karya Persada Tehnik dan PT Bangun Bejana Baja yang berkompetisi dengan KSO PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (PT Wika) dengan Japan Gas Corporation (JGC) Indonesia.
“Sebelumnya, pada 11 Maret 2018 CERI juga sudah pernah merilis berita soal molornya rencana proyek Terminal LPG Refrigerated Jawa Timur,” ungkap Yusri.
Dikatakan Yusri, sekitar awal Febuari 2023, CERI mendapat informasi bahwa Panitia Tender PT Pertamina Energi Terminal berdasarkan hasil evaluasi teknis dan harga telah memutuskan dan menunjuk KSO PT Wijaya Karya dengan JGC Indonesia sebagai pelaksananya dengan harga kontrak sekitar Rp 3,5 triliun.
“Belakangan kami mendapat kabar bahwa PT Wijaya Karya (Persero) Tbk bekerja sendiri dalam pelaksanaan kontrak pembangunan konstruksi Terminal Refrigerated LPG Jawa Timur Tahap 2, tanpa melibatkan secara aktif perusahaan JGC Indonesia,” ungkap Yusri.
Selain itu, kata Yusri, CERI juga menemukan bukti email yang menyatakan bahwa setidaknya hingga bulan September 2023, PT Wijaya Karya dalam proses seleksi memilih perusahaan subkontraktor telah mengakui mereka masih KSO dengan JGC Indonesia, meskipun CERI dapat informasi bahwa JGC Indonesia tidak terlibat lagi dalam proyek tersebut.
“Bahkan Dirut PT Pertamina International Shipping (PIS), Yoki Firnandi dalam keterangan medianya di bulan September 2023 juga mengatakan bahwa KSO Wika dengan JGC Indonesia masih melaksanakan pembangunan Terminal LPG Refrigerated Tuban, aneh bukan?,” pungkas Yusri.(*)